Membaca
kepribadian adalah ilmu yang sangat menarik. Sebab kita secara alami tertarik pada diri sendiri.
Selain itu, kita juga tertarik dengan hubungan sosial dengan orang lain,minimal dengan pasangan kita. Mungkin kita pernah mendengar
tipe-tipe kepribadian seperti kholeris, sanguinis, melankolis & phlegmatis.
Tipologi kepribadian tersebut dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno bernama
Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Claudius Galen. Ilmu membaca
kepribadian seseorang memang bukan hal baru dan sudah dikembangkan
beratus-ratus tahun lamanya. Namun, sampai hari ini belum ada teori maupun alat
(tes) yang bisa menjelaskan 100% akurat mengenai kepribadian dan perilaku
seseorang.
Empat Skala Kecenderungan
MBTI bersandar pada empat
dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Walaupun berlawanan
sebetulnya kita memiliki semuanya, hanya saja kita lebih cenderung / nyaman
pada salah satu arah tertentu.
1. Extrovert
(E) vs. Introvert (I).
Dimensi EI melihat orientasi
energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka
dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial, beraktifitas
dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action oriented. Mereka
bagus dalam hal berurusan dengan orang dan hal operasional. Sebaliknya, tipe
introvert adalah mereka yang suka dunia dalam (diri sendiri). Mereka senang
menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak begitu suka bergaul dengan
banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi dan focus.
Mereka bagus dalam pengolahan data secara internal dan pekerjaan back office.
2. Sensing
(S) vs. Intuition (N).
Dimensi SN melihat bagaimana
individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada
fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka
menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang
sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki
sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif.
Sementara tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan,
pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa
terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa
depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh
inspirasi dan ide unik, Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi
jangka panjang.
3. Thinking
(T) vs. Feeling (F).
Dimensi ketiga melihat
bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu
menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka cenderung
berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka
menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga
prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan,
empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan.
Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering
terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga
keharmonisan dan memelihara hubungan.
4. Judging
(J) vs. Perceiving (P).
Dimensi terakhir melihat
derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti judgemental
(menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada
rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak
melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan.
Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka
bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara
tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan
bertindak secara acak untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan
mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat mereka bergairah. Bagus dalam
menghadapi perubahan dan situasi mendadak.